Selasa, 16 Desember 2014

kedudukan manusia dan proses penciptaannya

PENDAHULUAN
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik dan karena selalu menarik, maka masalahnya tidak pernah selesai dalam arti tuntas. Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai, selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia.
Secara garis besar pengertian tentang manusia itu sendiri menurut pandangan agama Islam yaitu: Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Oleh karenanya manusia dijadikan khalifah Tuhan di bumi, karena manusia mempunyai kecenderungan dengan Tuhan.

A.    PENCIPTAAN MANUSIA
1.      QS. Al – Mu’minuun : 12 – 14

ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7's#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ   §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ   ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù't±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sƒø:$# ÇÊÍÈ  




2.      Terjemahan
a)      Ayat 12
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
b)      Ayat 13
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
c)      Ayat 14
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

3.      Penjelasan Ayat
a.       Ayat 12
Apalah yang akan dibanggakan manusia di dunia ini, padahal asal kejadiannya dari tanah. Dia makan dari sayur – sayuran, buah - buahan, padi, jagung dan sebagainya, dan segala makanan itu tumbuh dan mengambil sari dari tanah. Datang hujan menyuburkan padi, menghijaukan daun – daunan dan mekarlah bunga, bergayutlah buah. Dan jika kemarau datang layu semua.[1]
Di dalam segala makanan itu ada segala macam saringan yang ditakdirkan tuhan atas alam. Di sana ada zat besi, zat putih telur, vitamin, kalori, hormon, dan sebagainya. Maka dengan makanan itu teraturlah jalan darahnya, dan tidak dapat hidup kalau bukan dari zat bumi tempat dia dilahirkan itu. Dalam tubuh yang sehat, mengalirlah darah, berpusat di jantung dan pada jantung mengalirlah darah itu ke seluruh tubuh. Dalam darah itu terdapat zat yang akan menjadi mani. Setetes mani terdapat beribu – ribu bahkan bermiliun “tampang” yang akan dijadikan manusia, yang tersimpan pada shulbi laki – laki dan taraib perempuan.

b.      Ayat 13
Dengan kehendak Illahi bertemulah zat tampang dari laki – laki yang rupanya sebagai cacing yang sangat kecil, berpadu satu dengan zat mani pada perempuan yang merupakan telur yang sangat kecil. Perpaduan keduanya, itu yang dinamai nutfah. kian lama kian besarlah nutfah  itu, dalam 40 hari. Dan dalam masa 40 hari mani yang telah berpadu, berangsur menjadi segumpal darah. Untuk melihat contoh beransur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, di dalam rahim, itulah “qarârin makîn” tempat yang terjamin dan terpelihara.

c.       Ayat 14
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal darah, ketika ibu telah hamil dalam dua tengah tiga bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si ibu, pendingin, pemarah, berubah - ubah perangai, kadang - kadang tak enak makan, dan setelah 40 hari berubah darah, dia beransur kian membeku, membeku terus hingga menjadi segumpal daging, membeku terus hingga sifatnya berubah menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging yang akan menyelimuti tulang – tulang itu. Mulanya hanya sekumpulan tulang tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki dan tangan dan seluruh tulang – tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging. “ kemudian itu kami ciptakan bentuk yang lain” pada saat itu dianugerahkan kepadanya “roh”, maka bernafaslah dia. Dengan dihembuskannya nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. “ maha suci allah, tuhan yang sepandai pandai membentuk”.[2]

Saringan tanah di bawah sayuran, buah - buahan, padi, jagung yang kedalam darah jadi hormon dan menjadi mani, sekarang telah bernyawa, dan dia telah menjadi orang. Terbayanglah ketika menjadi susunan itu betapa maha besarnya tuhan memberi anugrah kepada si asal saringan tanah itu, kelaknya menjadi manusia yang berakal. Menjadi khalifah ilahi dalam bumi, menghitung bintang dilangit, menjadi rosul dan nabi, menjadi waliyullah berjiwa besar, atau bertarung berebut hidup sehingga bumi ini tiada artinya kalau insan yang asal kejadiannya dari saringan tanah itu tidak ada. Maka piramide pusaka Fir’aun – fir’aun di mesir yang didirikan 4000 tahun yang lalu, atau Empire State Building yang didirikan pada abad ke-20 adalah buah dari sesuatu yang dihembuskan  Illahi kedalam tulang berbalut daging tempat terpelihara di rahim ibu itu, yang asal mulanya dari air saringan tanah.
Dengan perlahan rosulullah s.a.w. menyebutkan ayat – ayaat ini seketika diturunkan dengan perantara jibril. Setiap butir patah kata dalam ayatnya itu masuk  laksana dituangkan dalam hati shabat – shabat nabi yang mendengarkannya. Sehingga menambah kuat kokohnya iman yang sedang tumbuh itu. Terasa dalam hati, apalah arti kehidupan manusia dalam alam ini kalau tiada anugrah tuhan.
Di antara yang hadir mendengarkan ayat ini adalah Umar bin Khatab. Menurut riwayat nya Thayalisi yang diterimanya Anas bin Malik, konon setiap patah kata itu yang beralun berirama dibawa suara Nabi, Umar telah dibawa kedalam suasana pesona yang mendalam. Dari nutfah air setitik, menjadi segumpal darah dan segumpal daging, dan tulang, lalu diselimuli dengan daging, umar mengeleng gelengkan kepalanya hingga terloncatlah dari mulutnya ucapan. 
فَتَبَا رَكَ ا للَّةُ اَ حْسَنٌ الْخَا لِقِيْنَ
“maha suci allah, tuhan yang sepandai – pandai membentuk”

Tiba – tiba mendengar sambutan Umar atas ayat itu, bersabdalah nabi; “memang begitulah bunyi ujung ayat hai Umar”.
Maka terharulah Umar atas anugrah Illahi yang kesekian kalinya di anugerahkan kepadanya, karena perasaan dan fikirannya sejalan dengan wahyu yang akan turun banggalah Nabi kita bahwa Umar lah satu – satunya umat yang mendapat anugrah demikian, sehingga pernahlah beliau berkata: “sesudah akau tidak ada Nabi lagi, yang ada adalah orang – orang yang mendapat ilham dan Umar adalah orang itu”.[3]

B.     HADISTS TENTANG WANITA DICIPTAKAN DARI TULANG RUSUK
1.      ) وَفِي رِوَايَةٍ- الْمَرْأََةُ كَالضِّلَعِ … (مُتَّفَقٌ عَلَيْه- اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأََةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ

Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri)1, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk….” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2.      ((إِنَّ الْمَرْأَةََ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ, وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا))

Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus untukmu di atas satu jalan. Bila engkau ingin bernikmat-nikmat dengannya maka engkau bisa bernikmat-nikmat dengannya namun padanya ada kebengkokan. Jika engkau memaksa untuk meluruskannya, engkau akan memecahkannya. Dan pecahnya adalah talaknya.”


3.      Penjelasan
Zahir hadits menunjukkan bahwa wanita dan yang dimaukan di sini adalah Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Pengertian seperti ini tidaklah menyelisihi hadits lain yang menyebutkan penyerupaan wanita dengan tulang rusuk. Bahkan diperoleh faedah dari hadits yang ada bahwa wanita serupa dengan tulang rusuk. Ia bengkok seperti tulang rusuk karena memang ia berasal dari tulang rusuk. Maknanya, wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok maka tidak bisa disangkal kebengkokannya. Apabila seorang suami ingin meluruskannya dengan selurus-lurusnya dan tidak ada kebengkokan padanya niscaya akan mengantarkan pada perselisihan dan perpisahan. Ini berarti memecahkannya2. Namun bila si suami bersabar dengan keadaan si istri yang buruk, kelemahan akalnya dan semisalnya dari kebengkokan yang ada padanya niscaya akan langgenglah kebersamaan dan terus berlanjut pergaulan keduanya.[4]

C.     KEDUDUKAN MANUSIA
1.      QS. At – Tiin : 1 – 8


ÈûüÏnG9$#ur ÈbqçG÷ƒ¨9$#ur ÇÊÈ   ÍqèÛur tûüÏZÅ ÇËÈ   #x»ydur Ï$s#t7ø9$# ÂúüÏBF{$# ÇÌÈ   ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ   ¢OèO çm»tR÷ŠyŠu Ÿ@xÿór& tû,Î#Ïÿ»y ÇÎÈ   žwÎ) tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏHxåur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßgn=sù íô_r& çŽöxî 5bqãYøÿxE ÇÏÈ   $yJsù y7ç/Éjs3ムß÷èt/ ÈûïÏe$!$$Î/ ÇÐÈ   }§øŠs9r& ª!$# È/s3ômr'Î/ tûüÉKÅ3»ptø:$# ÇÑÈ  


2.      Terjemahan
1.      Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun
2.      Dan demi bukit Sinai
3.      Dan demi kota (Mekah) ini yang aman,
4.      Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .
5.      Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6.      Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
7.      Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?
8.      Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?[5]

3.      Asbabun Nuzul QS. At Tiin
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa QS 95:5 mengandung arti ke tingkat pikun (seperti bayi lagi). Oleh karena itu Rasulullah saw ditanya tentang (kedudukan) orang yang telah pikun itu. Maka Allah swt menurunkan ayat selanjutnya (QS 95:6) yang menegaskan bahwa mereka yang beriman dan beramal shalih sebelum pikun akan dapat pahala yang tidak putus-putus. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari al-‘Ufi bersumber dari Ibnu Abbas).

4.      Penjelasan Ayat
a.       Ayat 1-3,
Menjelaskan bahwa Allah swt bersumpah demi at-tîn, az-zaitûn, thûrsina, dan kota atau negeri ini yaitu mekah. Secara konteks ayat, at-tiin atau pohon ara merupakan simbolisasi dari syari’at nabi Musa as yang diturunkan di gunung Sinai dan az-zaitûn yang melambangkan syari’at nabi Muhammad saw yang diturunkan di kota suci Mekah (QS 24:35). Syari’at Nabi Isa as tidak disebutkan barangkali karena beliau tidak merombak syari’at Nabi Musa as. Perbandingan syari’at antara syari’at Nabi Musa as dan syari’at Nabi Muhammad saw juga disebutkan dalam QS 52:1-6 dan QS 73:15. Penggunaan pohon ara (at-tiin) digunakan untuk melambangkan kaum Yahudi dalam Injil Matius 21:19, 33 dan 43.
b.      Ayat 4,
Menjelaskan bahwa manusia merupakan ciptaan terbaik artinya mempunyai keistimewaan bila dibandingkan dengan yang lain yaitu dikaruniai akal, pemahaman dan bentuk fisik yang tegak-lurus. Kesempurnaan manusia tidak hanya dari bentuk fisik dan psikis saja tetapi menempati derajat tertinggi bahkan melebihi malaikat (QS 17:70). Malaikat memang makhluk mulia, namun jika manusia berilmu dan taat kepada Allah swt akan dapat melebihi kemuliaan malaikat. Hal itu berdasarkan alasan antara lain : Allah swt memerintahkan malaikat bersujud kepada Nabi Adam as (QS 2:34), malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah swt tentang nama-nama dan Adam as bisa menjawabnya (QS 2:31-32), kepatuhan malaikat karena tabiatnya dan manusia butuh perjuangan melawan hawa nafsu serta godaan setan, dan manusia bertugas sebagai khalifah di muka bumi (QS 2:36).
c.       Ayat 5-6,
menjelaskan bahwa manusia dapat turun derajatnya ke titik paling rendah kecuali bila ia beriman dan beramal shalih. Iman bersifat fluktuatif sehingga harus dirawat agar tetap prima dan sungguh-sungguh (QS 8:2-4). Setelah beriman harus beramal shalih yaitu melakukan aktifitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan memberi manfaat bagi dirinya maupun orang lain (keluarga, kelompok, masyarakat) dan sesuai dengan aturan-aturan yang ditentukan.
d.      Ayat 7-8,
merupakan kalimat pertanyaan (istifhâm inkâry) yang mengandung penegasan bahwa tidak ada alasan manusia mendustakan hari pembalasan dan mengingkari ajaran-ajaran Allah swt, setelah mengetahui bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk paling mulia. Kalimat pertanyaan pada penutup surat ini bertujuan agar manusia mau berpikir, seolah-olah ayat ini mengatakan: “pikirkanlah wahai manusia, hanya Allah swt sebagai hakim yang paling adil dan mengetahui kebutuhanmu, maka hanya aturan-Nya yang bisa memenuhi kebutuhanmu”.[6]

PENUTUP

Di dalam surat tersebut jelas Tuhan menciptakan manusia tidak dengan sekaligus, melainkan dengan secara berevolusi mulai dari sari pati tanah, kemudian menjadi nutfah, menjadi segumpal darah, kemudian segumpal daging, akhirnya menjadi manusia yang utuh setelah itu baru ditiupkan ruh setelah 40 hari.
Manusia mempunyai keistimewaan bila dibandingkan dengan yang lain yaitu dikaruniai akal, pemahaman dan bentuk fisik yang tegak-lurus. Kesempurnaan manusia tidak hanya dari bentuk fisik dan psikis saja tetapi menempati derajat tertinggi bahkan melebihi malaikat.
Manusia dapat turun derajatnya ke titik paling rendah kecuali bila ia beriman dan beramal shalih. Iman bersifat fluktuatif sehingga harus dirawat agar tetap prima dan sungguh-sungguh.






[1] Hamka, Tafsir Al-Azhar, ( Jakarata: Pustaka Panjimas, 2000 ) hlm, 17
[2] Ibid. hlm. 18
[3] Ibid. hlm. 19
[4] Shahih: HR. Muslim( no. 138-221 )
[5] Asrori, Tafsir Al-Asraar: Bahan Kultum Pengajian, ( Yogyakarta, baarut Tajdid, 2012 )hlm. 73
[6] Ibid. hlm. 74-75