PENDAHULUAN
System
Perekonomian yang ada di Indonesia begitu banyak, sehingga perlu adanya
kebijakan-kebijakan. Apabila suatu kegiatan usaha ekonomi yang kita lakukan
tentu ada hal-hal yang harus kita penuhi. Perekonomian suatu negara ada
pembagian dua system, perekonomian tertutup dan terbuka. Dalam perekonomian
tertutup juga dikenal dengan kebijakan pemerintah atau tanapa kebijakan
pemerintah. Dan dalam hal ini kita akan membahas mengenai Perekonomian tertutup
tanpa kebijakan pemerintah.
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian
Tertutup Tanpa Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Perekonomian tertutup adalah perekonomian yang tidak berinteraksi
dengan perekonomian - perekonomian lain. Khususnya, perekonomian tertutup tidak
terlibat dalam pedagangan internasional., tidak juga terlibat pinjam meminjam
secara internasional
Perekonomian tertutup artinya tidak mengenal hubungan luar negeri, sehingga
tidak ada kegiatan ekspor-impor. Perekonomian sederhana tidak mengenal
keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian. Jadi, perekonomian
tertutup sederhana adalah perekonomian yang melibatkan dua pelaku, yaitu rumah tangga dan perusahaan (swasta). Perekonomian sederhana
tidak mengenal keterlibatan pemerintah dalam kegiatan perekonomian.
Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional
dengan pendekatan pengeluaran, perekonomian suatu Negara dapat digolongkan atas
:
a. Perekonomian Tertutup (closed economy),
yang meliputi atas perekonomian sederhana (perekonomian dua sector) dan
perekonomian tiga sector,
b. Perekonomian Terbuka (opened economy).
Pada bagian ini akan dibahas perekonomian dua sektor,
yaitu perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
konsumen yang biasanya disebut dengan komsumsi dan pengeluaran yang dilakukan
rumah tangga produsen yang biasanya disebut dengan investasi.
Keseimbangan perekonomian sederhana atau dua sector dapat dituliskan dengan
notasi berikut. Y = C+1 Persamaan ini mencerminkan kondisi antara output yang diproduksi (Y) sama
dengan output yang dijual (C+1).
Jika sebagian pendapatan digunakan untuk konsumsi dan sebagian pendapatan
digunakan untuk menabung (saving atau
diberi notasi S) maka dapat ditulis: Y=C+S
B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan
Ekonomi Konvensional
Dalam perhitungan pendapatan nasional,
pendapatan yang dihasilkan rumah tangga konsumen (household) merupakan sisi
pendapatan sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan
sisi pengeluaran.
Menurut
Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan (C=f(Y)) yang dalam bentuk
persamaan dapat ditulis sebagai berikut: C=a+bY
Dimana :
C = Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = Besarnya konsumsi yang tidak menguntungkan pada
jumlah pendapatan atau konsumsi jika tidak ada pendapatan.
b = marginal propensity
to consume (MPC = C/ Y) atau hasrat marginal dari masyarakat
untuk melakukan konsumsi
Y = pendapatan disposable
(pendapatan yang siap digunakan untuk mengonsumsi ) a>0 dan 0 < b
< 1
Rasio
perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) lebih besar
nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah tangga akan meningkat seiring
dengan meningkatnya tingkat pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran
konsumsi dengan perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan
kenaikan pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.
Selain
itu, Keynes juga mengatakan bahwa Average Propensity to consume (APC) yang
merupakan perbandingan antara konsumsi yang dilakukan dengan tingkat pendapatan
disposble (APC= C/Y) akan mengalami penurunan sebagai
akibat kenaikan pendapatan. Yang menarik dari pandangan Keynes yang lain yang
menyatakan pendapatan merupakan penentu / determinan konsumsi yang terpenting
dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Menurut Keynes pengaruh
tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
C. Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan
Ekonomi Islam
Pembahasan funsgsi konsumsi dalam pendekatan
ekonomi Islam banyak dilakukan para ahli ekononu Islam. Pada bagian ini akan
dibahas beberapa pandangan diantaranya yag terkait dengan fungsi konsumsi.
1. Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan
Tabungan
Mengacu pada pandangan Keynes
yang menyatakan konsumsi yang dilakukan rumah tanngga konsumen dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan, Khan membagi tingkat pendapatan masyarakat menjadi
a. .pendapatan yang berada diatas nisab (angka minimal asset yang terkena
kewajiban zakat) yang dinotasikan dengan Yu (upper classes / golongan
kaya)
b. pendapatan yang berada dibawah nisab yang dinotasikan dengan YL (lower classes / golongan miskin).
Komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah tangga konsumen menurut Khan dibagi dua bentuk atas pengeluaran
a. konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga tersebut untuk kebutuhan sendiri
(for self) yang dilambangkan dengan
notasi E1
b. konsumsi yang dilakukan rumah tangga untuk menuju keridhaan Allah (cause of Allah) yang dinotasikan dengan E2
Berdasarkan tersebut Khan, menawarkan fungsi
konsumsi C* = Aθ+AuYu
2.
Panadangan Metwally tentang fungsi konsumsi dan tabungan
Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dalam
perspektif islam, Metwally menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori yang
dapat dijelaskan secarasederhana sebagai berikut :
Hipotesis pendapatan Mutlak
Hipotesis
ini menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu tergantung pada pendapatan
siap konsumsi (disposable income) pada
periode tersebuut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan konsumsi, tetapi
peningkatan konsumsi lebih kecil dari peningkatan pendapatan. Sehingga konsumsi rata – rata APCdan MPC menurun dengan meningkatnya
pendapatan.
Metwally memasukkan
peranan zakat terhadap fungsi konsumsi,
untuk menyederhanakan masalah dianggap besarnya zakat ditunjukkan oleh fungsi
: Z =αY
Dimana :
0 < a < 1
Selain itu, dimisalkan bY merupakan pendapatan
pemabayaran zakat dan (1-β)Y adalah
pendapatan penerima zakat,dimana :
0 < β < 1
Dimisalkan pula ϐ sebagai hasrat konsumsi marginal penerima zakat, dimana :
0 < b < ϐ < 1
Berdasarkan hal itu maka fungsi konsumsi dalam
ekonomi islam menjadi :
C=a+b(βY-αY)+ϐ[(1β)Y+αY]
Dimana :
a + b ( βY – αY) = Fungsi konsumsi untuk
pembayaran zakat
ϐ[(1-β) Y+αY] = Fungsi konsumsi untuk menerima zakat
Hipotesis pendapatan Relatif (the
Relative Income Hyphothesis)
Hipotesis ini menyatakan
konsumsi sekarang saja ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa sekarang (Ys) tetapi pendapatan sebelumnya ( pendapatan
masa puncak atau Yp). Maka MPC < APC.
D. Penentu – Penentu Lain
Konsumsi dan Tabungan
1. Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari mendapat harta warisan, atau
tabungan yang banyak sebagai akibat usaha di masa lalu, maka seseorang berhasil
mempunyaikekayaan yang mencukupi. Dalam keadaan seperti itu ia sudah tidak
terdorong lagi untuk menabung lebih banyak. Maka lebih besar bagian dari
pendapatannya yang digunakan untuk konsumsi di masa sekarang.
2. Suku bunga
Suku bunga dapatlah dipandang sebagai pendapatan
yang diperoleh dari melakukan tabungan. Pada suku bunga yang rendah orang tidak
begitu suka membuat tabungan karena mereka merasa lebih baik melakukan
pengeluaran konsumsi dari menabung.
3. Sikap berhemat
Berbagai masyarakat mempunyai sikap yang berbeda
dalam menabung dan berbelanja. Ada masyarakat yang tidak suka berbelanja
berlebih – lebihan dan mementingkan tabungan.
4. Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh teguh dan tidak
banyak pengangguran, masyarakat berkecenderungan melakukan pengeluaran yang
lebih aktif. Tetapi dalam perekonomian yang lambat perkembangannya, tingkat
pengangguran sikap masyarakat dalam menggunakan uang dan pendapatannya menjadi
makin berhati - hati.
E. Fungsi Investasi Dengan
pendekatan Ekonomi Konvensional
Adalah pembelian barang yang nantinya akan digunakan untuk
memproduksi lebih banyak barang dan jasa. Investasi adalah jumlah dari pembelian
peralatan modal, persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada
bangunan mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru. Menurut
kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru merupakan satu bentuk
pembelanjaan rumah tanggayang dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai
konsumsi.
Secara
singkat investasi (investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan
bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah
pemupukan modal atau akumulasi modal. Dengan demikian, di dalam makro ekonomi
pengertian investasi tidak sama dengan modal. Dalam makroekonomi, investasi
memiliki arti yang lebih sempit yaitu jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis
untuk menambahkan stok modal dalam periode tertentu. Sedangkan modal merupakan
stok ketika nilai uang dari gedung-gedung, mesin-mesin, dan inventaris lainnya
adalah tetap pada suatu waktu.
Ada 3 bentuk pengeluaran investasi :
1. Investasi tetap bisnis (business
fixed investment), yaitu pengeluaran investasi untuk pembelian berbagai
jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan
peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industry dan
perusahaan
2. Investasi residensial (residensial
investment), yaitu pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal,
bangunan kantor, bangunan pabrik, bangunan pabrik,dan bangunan lainnya.
3. Investasi persedian (intervetory
investment) yaitu berupa pertambahan
nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, dan barang yang lain
yang belum diproses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.
F. .Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Islam
Fungsi
investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda dengan pendekatan
ekonomi konvensional. Perbedaannya karena fungsi ivestasi dalam ekonomi
konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku
dalam pendekatan ekonomi islam.
Menurut Metwally, investasi dinegara-negara penganut ekonomi islam
dipengaruhi 3 faktor
1. Ada sanksi terhadap
pemegang asset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset)
2. Dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi
3. Tingkat bunga berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim
boleh memilih tiga alternative atas dananya, yaitu
a.
Memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas
b.
Memegang tabungannya dalam bentuk asset tanpa berproduksi seperti deposito,
real
c.
Menginvestasikan tabungannya
Khan menyatakan bahwa
permintaan infestasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan.
G. Penentu – Penentu Tingkat Investasi
Dengan banyaknya keuntungan
yang akan diperoleh sangat besar pengaruhnya dalam menentukan tingkat investasi
yang akan dilakukan oleh para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan di
masa depan untuk memperoleh untung, beberapa faktor lain juga penting
peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam
perekonomian. Faktor – faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:
1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2. Tingkat bunga
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan
4. Kemajuan teknologi
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan – perubahannya
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan – perusahaan.
PENUTUP
Perekonomian
tertutup tanpa kebijakan pemerintah adalah Perekonomian dua sector yang
merupakan perekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah
tangga konsumen.
Investasi
merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan
pelengkapan-pelengkapan produksi untuk menambah kemampuan untuk memproduksi
barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Daftar Pustaka
·
Huda, Nurul et al. Ekonomi Makro Islam. Pendekatan Teoritis. 2009. Kencana. Jakarta
·
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi:
Teori Pengantar. 2006. Rajawali Pers. Jakarta
·
Mankiw,
N. Gregory. pengantar ekonomi makro. Terjemahan ( chiswan sungkono).
2006. Salemba Empat. Jakarta