Kamis, 11 Desember 2014

Makalah Aliran Jabariyah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Allah adalah pencipta alam semesta, termasuk manusia.Allah bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak. Manusia secara umum dipandang sebagai makhluk yang sempurna karena mempunyai akal dan nafsu yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, kedua hal tersebut menjelaskan bahwasanya manusia dapat melakukan perbuatan negative dan positif. Dalam membicarakan perbuatan manusia, timbul persoalan apakah semua kejadian dan nasib baik buruk itu telah ditentukan semula atau manusia bebas menentukan itu sendiri.Aliran jabariyah ini timbul sebagai pecahan dari golongan Mu’tazilah yang membicarakan masalah ketuhanan dan kudrat iradat manusia.
Kaum Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.Dalam aliran ini terdapat faham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.Karena perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan oleh qada dan qadar Allah.

B.     Rumusan Masalah
·         Bagaimana asal-usul pertumbuhan jabariyah?
·         Bagaimana doktrin-doktrin para pemuka jabariyah?
·         Bagaimana pandangan jabariyah tentang perbuatan manusia dan kekuasaan Allah? 

C.    TUJUAN MASALAH
·         Mengetahui asal – usul aliran jabariyah
·         Mengetahui doktrin – doktrin para pemuka jabariyah
·         Mengetahui pandangan jabariyah tentang perbuatan manusia dan kekuasaan Allah
·         Mengetahui Sekte-Sekte Dan Pembagian Jabariyah




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Asal-Usul Pertumbuhan Jabariyah
Kata Jabariyahberasal dari kata jabara yang berarti memaksa.Dalam bahasa inggris, jabariyahdisebut fatalism atau predestination, yaitu faham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan semula oleh qadhadan qadar Allah.[1]
Faham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh Ja’d bin Dirhamkemudian disebarkan oleh Jahmbin Shafwan dari Khurasan. Dalam sejarah teologi islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran Jahmiyahdalam kalangan Murji’ah. Ia dalah sekretaris Suraih bin Al-Haris dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayah. Namun, dalam perkembangannya faham al-jabar juga dikembangkan oleh tokoh lainnya di antaranya Al-Husain bin Muhammad An-Najjar dan Ja’d bin Dirrar.
Sebenarnya benih-benih faham al-jabarsudah muncul jauh sebelum kedua tokoh di atas.Benih-benih itu terlihat dalam peristiwa sejarah berikut ini.
a.       Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah takdir Allah. Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Allah mengenai takdir.
b.      Khalifah Umar bin Khatab pernah menangkap seseorang yang ketahuan mencuri. Ketika diinterogasi, pencuri itu berkata “ Allah telah menentukan aku mencuri.” Mendengar ucapan itu, Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kpada Allah. Oeleh karena itu, Umar memberikan dua jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama, hukuman potong tangan karena mencuri. Kedua, hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Allah.
c.       Khalifah Ali bin Abi Tholib seusai perang shiffin ditanya oleh seorang tua tentang qadar (ketentuan) Allah dalam kaitannya dengan pahala dan siksa. Orang itu bertanya “ Bila perjalanan (menuju perang shiffin)itu terjadi dengan qadha dan qadar Allah, tak ada pahala sebagai balasannya.”Ali menjlaskan bahwa qadha dan qadar bukanlah paksaan Allah. Ada pahala dan siksa sebagai balasan amal perbuatan manusia. Sekirnya qadha dan qadarmerupakan paksaan, batallah pahala dan siksa, gugur pulalah makna janji dan ancaman Allah, serta tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa dan pujian-Nya bagi orang-orang baik
d.      Pada pemerintah daulah Bani Umayah, pandangan tentang al-jabarsemakin mencuat ke permukaan. Abdullah bin Abbas, melalui suratnya, memberikan reaksi keras kepada penduduk Syiria yang diduga paham jabariyah.
Paparan diatas menjeaskan bahwa bibit faham al-jabar telah muncul sejak awal periode islam. Namun, al-jabarsebagai suatu pola pikir atau aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan, baru terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah, yakni oleh kedua tokoh yang telah disebutkan di atas.
Berkaitan dengan kemunculan aliran jabariyah, ada yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermahzhab Qurradan agama Kristen bermahzhab Yacobit. Namun, tanpa pengaruh asing itu, faham al-jabarakan muncul juga dikalangan islam.[2] Di dalam Al quran sendiri terdapat ayat yang menimbulkan faham ini, misalnya:
·         Q.S.Al-Anfal 8:17
öNn=sù öNèdqè=çFø)s?  ÆÅ3»s9ur ©!$# óOßgn=tGs% 4 $tBur |MøtBu øŒÎ) |MøtBu  ÆÅ3»s9ur ©!$# 4tGu 4 uÍ?ö7ãŠÏ9ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# çm÷ZÏB ¹äIxt/ $·Z|¡ym 4 žcÎ) ©!$# ììÏJy ÒOŠÎ=tæ ÇÊÐÈ  
17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

öAyat tersebut terkesan membawa seseorang pada pikiran alam jabariyah. Mungkin inilah yang menyebabkan pola pikir jabariyah masih tetap ada di kalangan umat islam hingga kini walaupun anjurannya telah tiada.

B.     Para Pemuka Jabariyah dan Doktrin-Doktrinnya
Menurut Asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitukelompok ekstrim dan moderat[3]. Di antara doktrin jabariyah ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri. Tetapi perbuatan yang di paksakan atas dirinya. Missal, kalau seseorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanl;ah terjadi atas kehendak sendiri, tetapi timbul karena qadha dan qadar tuhan yang menghendaki demikian[4]

a.       Jahm bin Shofwan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari Khurasan. Sebagai seorang penganut dan penyebar faham Jabariyah, banyak usaha yang dilakukan Jahm yang tersebar ke berbagai tempat, seperti ke Tirmidz dan Balk.
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut.
1.      Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan
2.      Surga dan neraka tidak kekal selain Tuhan.
3.      Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.
4.      Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitupula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata di akhirat kelak..
Dengan demikian, dalam beberapa hal, pendapat Jahm hamper sama dengan Murji’ah, Mu’tazilah dan Asy-ariyah.
b.      Ja’d bin Dirham
Al Ja’d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damakus. Semula ia dipercaya nntuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayah, tetapi setelah tampak pikiran-pikirannya kontroversial, Bani Umayah menolaknya. Kemudian Al-Ja’d lari ke Kufah dan di sana ia bertemu dengan Jahm, serta mentransfer pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebarluasan.
Doktrin pokok Ja’d secara umum sama dengan pikiran Jahm.  Al-Ghuraby menjelaskannya sebagai berikut.
1.      Al quran itu adalah makhluk.
2.      Allah tidak empunyai sifat yang serupa dengan makhluk.
3.      Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya.
Berbeda dengan Jabariyah ekstrim, Jabariyah moderat mengatakan bahwa Allah memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan bak, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya.Tenaga yang diciptakan di dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya.Tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Allah. Yang termasuk tokoh Jabariyah moderat  adalah berikut ini.
a.       An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar. Para pengikutnya disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah. Di antara pendapat-pendapatnya adalah:
1.      Allah menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.
2.      Allah tidak dapat dilihat di akhirat.
b.      Adh-Dhirar
Nama lengkpnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan manusia sama dengan Husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan wayang yang digerakkan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam erwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa dalam melkukan perbuatannya.Dhirar mengatakan bahwa perbuatan manusia tidak hanyaditimbulkan oleh Allah, tetapi juga oleh manusia itu sendiri.Dhirar juga mengatakan bahwa Allah dapat dilihat di akhirat melalui indera keenam.[5]

C.    Menyelami pandangan tentang perbuatan manusia dan kehendak allah.
Manusia tidak mempunyai kekuasaan sama sekali atas dirinya. Semua gerak gerik perbuatannya adalah merupakan paksaan gaib yang tidak dapat dihindarinya, maka ia harus terpaksa menjalankan apa ang telah ditentukan, tanpa dapat berikhtiyar mengubahnya. Baik buruk, syurga neraka, kebahagiaan dan kesenangan, kaya miskin, pahala siksa, semua itu telah ditentukan oleh Allah.Tidak dapat berubah sedikitpun.
Dasar fikiran Jabariyah ini ialah bahwa Allah adalah pencipta segala kejadian dan perbuatan, dan Allah itu tidak ada yang menyamainya dalam segala hal.Jadi manusia tidak mempunyai kekuasaan apa-apa karena segala gerak-geriknya diciptakana oleh Allah. Karena bila manusia dapat menciptakan perbuatannya, maka mereka bebas berbuat apa yang merka kehendakinya. Ini namanya menyamai Allah.Padahal mustahil.demikian fikiran mereka.[6]

D.    Sekte-Sekte Dan Pembagian Jabariyah
1.      Jabariyah Ekstrim
Doktrin Jabariyah ekstrim adalah segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya sendiri . Misalnya , kalau seorang pencuri , perbuatan mencuri bukanllah  terjadi atas kehendaknya sendiri akan tetapi timbul karena qadha dan qadar tuhan yang menghendaki demikian. Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah:
1.      Paham Jahm yang ada kaitannya dengan persoalanteologi adalah:
ü  Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa.ia tidak mempumyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
ü  Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada yang kekal selain tuhan.
ü  Iman dan ma’rifat atau membenarkan dengan hati. Dalam hal ini, pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan kaum mur’jiah.
ü  Kalam tuhan adalah makhluk. Allah mah asuci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar dan melihat. Begitu pula tuhan tidak dapat dilihat dengan indra diakhirat kelak. 
2.      Paham Ja‘ad adalah:
ü  Al-Quran adalah mahluk. Oleh karena, dia baru. Sesuatu yang baru itu tidak dapat disifatkan kepada allah
ü  Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahluk, seperti berbigara, melihat dan mendengar.
ü  Manusia terpaksa oleh allah dalam segala-galanya.[7]
2.       Jabariyah Moderat
Jabariyah moderat  mengatakan bahwa tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian-bagian di dalamnya[8]. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya . inilah yang dimakud dengan kasab . Menurut faham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh tuhan), tidak seperi wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan tuhan.









BAB III
KESIMPULAN
Faham al-jabar, kelihatannya ditonjolkan buat pertama kali dalam sejarah teologi Islam oleh al-Ja’d ibn Dirham. Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm ibn Safwan dari Khurasan. Jahm yang terrdapat dalam aliranjabariyah  sama dengan Jahm yang mendirikan golongan al-Jahmiah dalam kalangan Murji’ah sebagai sekretaris dari Syuraih ibn al-Harits, ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah. Dalam perlawanan itu Jahm sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh ditahan 131 H. Akan tetapi benih-benihnya telah ada sejak zaman Rasulullah saw.
Para pemuka Jabariyah baik yang ekstrem dan moderat adalah; Jahm bin Safwan, Ja’ad bin Dirham, An-Najja dan Adh-Dhirar. Adapun doktrin aliran ini; Kelompok ekstrem memandang bahwa manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. sedangkan menurut kaummoderat, tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun baik, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab (acquisition).  Dalam faham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh tuhan), tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan tuhan.



[1]Abdul rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam,( Bandung ;Pustaka Setia, , 2001), hlm.63.
[2]Ibid, hlm.64.
[3] Asy-Syahratnasy Al-Milal Wa An-Nihal, Darul Fikr, Beirut, Hlm.85
[4] Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Ui, Press, Cet, V, Jakarta, 1986, Hlm, 34
[5]Abdul rozak dan Rosihon Anwar ,Op.Cit.  hlm 69.
[6] Umar Hasyim, Apakah Anda Termasuk Golongan Ahlus Sunnah Waljama’ah?,(Surabaya;PT. Bina Ilmu, 1986) hal. 52
[7] Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, hlm.68
[8] Ibid.