BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah adalah pencipta alam semesta, termasuk
manusia.Allah bersifat Maha Kuasa dan mempunyai kehendak yang bersifat mutlak.
Manusia secara umum dipandang sebagai makhluk yang sempurna karena mempunyai
akal dan nafsu yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, kedua hal tersebut
menjelaskan bahwasanya manusia dapat melakukan perbuatan negative dan positif.
Dalam membicarakan perbuatan manusia, timbul persoalan apakah semua kejadian
dan nasib baik buruk itu telah ditentukan semula atau manusia bebas menentukan
itu sendiri.Aliran jabariyah ini timbul sebagai pecahan dari golongan
Mu’tazilah yang membicarakan masalah ketuhanan dan kudrat iradat manusia.
Kaum Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya.Dalam aliran
ini terdapat faham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan
terpaksa.Karena perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan oleh qada dan
qadar Allah.
B. Rumusan Masalah
·
Bagaimana asal-usul pertumbuhan jabariyah?
·
Bagaimana doktrin-doktrin para pemuka jabariyah?
·
Bagaimana pandangan jabariyah tentang perbuatan
manusia dan kekuasaan Allah?
C. TUJUAN MASALAH
·
Mengetahui asal
– usul aliran jabariyah
·
Mengetahui
doktrin – doktrin para pemuka jabariyah
·
Mengetahui pandangan jabariyah tentang perbuatan manusia dan
kekuasaan Allah
·
Mengetahui
Sekte-Sekte Dan Pembagian Jabariyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul
Pertumbuhan Jabariyah
Kata Jabariyahberasal dari kata jabara yang berarti memaksa.Dalam bahasa
inggris, jabariyahdisebut fatalism atau predestination, yaitu faham yang menyebutkan bahwa perbuatan
manusia telah ditentukan semula oleh
qadhadan qadar Allah.[1]
Faham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh
Ja’d bin Dirhamkemudian disebarkan oleh Jahmbin Shafwan dari Khurasan. Dalam
sejarah teologi islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran Jahmiyahdalam kalangan Murji’ah. Ia dalah sekretaris Suraih
bin Al-Haris dan selalu menemaninya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani
Umayah. Namun, dalam perkembangannya faham al-jabar
juga dikembangkan oleh tokoh lainnya di antaranya Al-Husain bin Muhammad
An-Najjar dan Ja’d bin Dirrar.
Sebenarnya
benih-benih faham al-jabarsudah
muncul jauh sebelum kedua tokoh di atas.Benih-benih itu terlihat dalam
peristiwa sejarah berikut ini.
a.
Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang
bertengkar dalam masalah takdir Allah. Nabi melarang mereka untuk
memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran
tentang ayat-ayat Allah mengenai takdir.
b.
Khalifah Umar bin Khatab pernah menangkap seseorang
yang ketahuan mencuri. Ketika diinterogasi, pencuri itu berkata “ Allah telah menentukan aku mencuri.”
Mendengar ucapan itu, Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta
kpada Allah. Oeleh karena itu, Umar memberikan dua jenis hukuman kepada pencuri
itu. Pertama, hukuman potong tangan karena mencuri. Kedua, hukuman dera karena
menggunakan dalil takdir Allah.
c.
Khalifah Ali bin Abi Tholib seusai perang shiffin ditanya oleh seorang tua
tentang qadar (ketentuan) Allah dalam kaitannya dengan pahala dan siksa. Orang
itu bertanya “ Bila perjalanan (menuju
perang shiffin)itu terjadi dengan qadha dan qadar Allah, tak ada pahala sebagai
balasannya.”Ali menjlaskan bahwa qadha
dan qadar bukanlah paksaan Allah. Ada
pahala dan siksa sebagai balasan amal perbuatan manusia. Sekirnya qadha dan qadarmerupakan paksaan, batallah pahala dan siksa, gugur pulalah
makna janji dan ancaman Allah, serta tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa
dan pujian-Nya bagi orang-orang baik
d.
Pada pemerintah daulah Bani Umayah, pandangan tentang al-jabarsemakin mencuat ke permukaan.
Abdullah bin Abbas, melalui suratnya, memberikan reaksi keras kepada penduduk
Syiria yang diduga paham jabariyah.
Paparan diatas menjeaskan bahwa
bibit faham al-jabar telah muncul
sejak awal periode islam. Namun, al-jabarsebagai
suatu pola pikir atau aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan, baru
terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah, yakni oleh kedua tokoh yang
telah disebutkan di atas.
Berkaitan dengan kemunculan aliran jabariyah, ada yang mengatakan bahwa
kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama
Yahudi bermahzhab Qurradan agama
Kristen bermahzhab Yacobit. Namun,
tanpa pengaruh asing itu, faham al-jabarakan
muncul juga dikalangan islam.[2] Di
dalam Al quran sendiri terdapat ayat yang menimbulkan faham ini, misalnya:
·
Q.S.Al-Anfal
8:17
öNn=sù öNèdqè=çFø)s? ÆÅ3»s9ur ©!$# óOßgn=tGs% 4 $tBur |Mø‹tBu‘ øŒÎ) |Mø‹tBu‘ ÆÅ3»s9ur ©!$# 4’tGu‘ 4 u’Í?ö7ãŠÏ9ur šúüÏZÏB÷sßJø9$# çm÷ZÏB ¹äIxt/ $·Z|¡ym 4 žcÎ) ©!$# ìì‹ÏJy™ ÒOŠÎ=tæ ÇÊÐÈ
17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh
mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar
ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian
untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang
mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui.
öAyat tersebut terkesan membawa seseorang pada pikiran
alam jabariyah. Mungkin inilah yang
menyebabkan pola pikir jabariyah masih
tetap ada di kalangan umat islam hingga kini walaupun anjurannya telah tiada.
B.
Para Pemuka Jabariyah dan Doktrin-Doktrinnya
Menurut Asy-Syahratsani, Jabariyah dapat dikelompokan menjadi dua
bagian, yaitukelompok ekstrim dan moderat[3]. Di
antara doktrin jabariyah ekstrim adalah pendapatnya bahwa segala perbuatan
manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri. Tetapi
perbuatan yang di paksakan atas dirinya. Missal, kalau seseorang mencuri,
perbuatan mencuri itu bukanl;ah terjadi atas kehendak sendiri, tetapi timbul
karena qadha dan qadar tuhan yang menghendaki demikian[4]
a.
Jahm bin Shofwan
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Ia berasal dari
Khurasan. Sebagai seorang penganut dan penyebar faham Jabariyah, banyak usaha yang dilakukan Jahm yang tersebar ke
berbagai tempat, seperti ke Tirmidz dan Balk.
Pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai
berikut.
1.
Manusia tidak mampu untuk berbuat
apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri,
dan tidak mempunyai pilihan
2.
Surga dan neraka tidak kekal
selain Tuhan.
3.
Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati.
4.
Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah
maha suci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara,
mendengar dan melihat. Begitupula Tuhan tidak dapat dilihat dengan indera mata
di akhirat kelak..
Dengan demikian, dalam beberapa hal, pendapat Jahm
hamper sama dengan Murji’ah, Mu’tazilah dan
Asy-ariyah.
b. Ja’d bin Dirham
Al Ja’d adalah seorang Maulana Bani Hakim, tinggal di Damakus. Semula ia
dipercaya nntuk mengajar di lingkungan pemerintah Bani Umayah, tetapi setelah
tampak pikiran-pikirannya kontroversial, Bani Umayah menolaknya. Kemudian
Al-Ja’d lari ke Kufah dan di sana ia bertemu dengan Jahm, serta mentransfer
pikirannya kepada Jahm untuk dikembangkan dan disebarluasan.
Doktrin pokok Ja’d secara umum sama dengan pikiran Jahm. Al-Ghuraby menjelaskannya sebagai berikut.
1. Al quran itu
adalah makhluk.
2. Allah tidak
empunyai sifat yang serupa dengan makhluk.
3. Manusia terpaksa
oleh Allah dalam segala-galanya.
Berbeda dengan Jabariyah
ekstrim, Jabariyah moderat mengatakan bahwa Allah memang menciptakan
perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan bak, tetapi manusia
mempunyai bagian di dalamnya.Tenaga yang diciptakan di dalam diri manusia
mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya.Tidak seperti wayang yang
dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi
manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan Allah. Yang termasuk tokoh Jabariyah moderat adalah berikut ini.
a. An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar. Para pengikutnya
disebut An-Najjariyah atau Al-Husainiyah. Di antara
pendapat-pendapatnya adalah:
1. Allah
menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau
peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu.
2. Allah tidak
dapat dilihat di akhirat.
b. Adh-Dhirar
Nama lengkpnya adalah Dhirar bin Amr. Pendapatnya tentang perbuatan
manusia sama dengan Husein An-Najjar, yakni bahwa manusia tidak hanya merupakan
wayang yang digerakkan dalang. Manusia mempunyai bagian dalam erwujudan
perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa dalam melkukan perbuatannya.Dhirar
mengatakan bahwa perbuatan manusia tidak hanyaditimbulkan oleh Allah, tetapi
juga oleh manusia itu sendiri.Dhirar juga mengatakan bahwa Allah dapat dilihat
di akhirat melalui indera keenam.[5]
C. Menyelami
pandangan tentang perbuatan manusia dan kehendak allah.
Manusia tidak
mempunyai kekuasaan sama sekali atas dirinya. Semua gerak gerik perbuatannya
adalah merupakan paksaan gaib yang tidak dapat dihindarinya, maka ia harus
terpaksa menjalankan apa ang telah ditentukan, tanpa dapat berikhtiyar
mengubahnya. Baik buruk, syurga neraka, kebahagiaan dan kesenangan, kaya
miskin, pahala siksa, semua itu telah ditentukan oleh Allah.Tidak dapat berubah
sedikitpun.
Dasar fikiran
Jabariyah ini ialah bahwa Allah adalah pencipta segala kejadian dan perbuatan,
dan Allah itu tidak ada yang menyamainya dalam segala hal.Jadi manusia tidak
mempunyai kekuasaan apa-apa karena segala gerak-geriknya diciptakana oleh
Allah. Karena bila manusia dapat menciptakan perbuatannya, maka mereka bebas
berbuat apa yang merka kehendakinya. Ini namanya menyamai Allah.Padahal
mustahil.demikian fikiran mereka.[6]
D.
Sekte-Sekte
Dan Pembagian Jabariyah
1. Jabariyah
Ekstrim
Doktrin Jabariyah
ekstrim adalah segala perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul
dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan atas dirinya sendiri
. Misalnya , kalau seorang pencuri , perbuatan mencuri bukanllah terjadi
atas kehendaknya sendiri akan tetapi timbul karena qadha dan qadar tuhan yang
menghendaki demikian. Diantara pemuka jabariyah ekstrim adalah:
1. Paham
Jahm yang ada kaitannya dengan persoalanteologi adalah:
ü Manusia
tidak mampu untuk berbuat apa-apa.ia tidak mempumyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
ü Surga dan neraka tidak kekal. Tidak ada
yang kekal selain tuhan.
ü Iman dan ma’rifat atau membenarkan
dengan hati. Dalam hal ini, pendapatnya sama dengan konsep iman yang dimajukan
kaum mur’jiah.
ü Kalam tuhan adalah makhluk. Allah mah
asuci dari segala sifat dan keserupaan dengan manusia seperti berbicara,
mendengar dan melihat. Begitu pula tuhan tidak dapat dilihat dengan indra
diakhirat kelak.
2. Paham
Ja‘ad adalah:
ü Al-Quran
adalah mahluk. Oleh karena, dia baru. Sesuatu yang baru itu tidak dapat
disifatkan kepada allah
ü Allah
tidak mempunyai sifat yang serupa dengan mahluk, seperti berbigara, melihat dan
mendengar.
ü Manusia
terpaksa oleh allah dalam segala-galanya.[7]
Jabariyah moderat mengatakan
bahwa tuhan memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun
perbuatan baik, tetapi manusia mempunyai bagian-bagian di dalamnya[8]. Tenaga
yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya
. inilah yang dimakud dengan kasab . Menurut faham kasab, manusia tidaklah
majbur (dipaksa oleh tuhan), tidak seperi wayang yang dikendalikan oleh dalang
dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan
yang diciptakan tuhan.
BAB
III
KESIMPULAN
Faham al-jabar, kelihatannya
ditonjolkan buat pertama kali dalam sejarah teologi Islam oleh al-Ja’d ibn Dirham.
Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm ibn Safwan dari Khurasan. Jahm yang
terrdapat dalam aliranjabariyah sama dengan Jahm yang
mendirikan golongan al-Jahmiah dalam kalangan Murji’ah sebagai sekretaris dari
Syuraih ibn al-Harits, ia turut dalam gerakan melawan kekuasaan Bani Umayyah.
Dalam perlawanan itu Jahm sendiri dapat ditangkap dan kemudian dihukum bunuh
ditahan 131 H. Akan tetapi benih-benihnya telah ada sejak zaman Rasulullah saw.
Para pemuka Jabariyah baik yang ekstrem dan moderat
adalah; Jahm bin Safwan, Ja’ad bin Dirham, An-Najja dan Adh-Dhirar. Adapun
doktrin aliran ini; Kelompok ekstrem memandang bahwa manusia
tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri dan tidak mempunyai
pilihan, manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa dengan tidak ada
kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. sedangkan menurut kaummoderat, tuhan
memang menciptakan perbuatan manusia, baik perbuatan jahat maupun baik, tetapi
manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia
mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab
(acquisition). Dalam faham kasab, manusia
tidaklah majbur (dipaksa oleh tuhan), tidak seperti wayang yang dikendalikan
oleh dalang tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh
perbuatan yang diciptakan tuhan.