Sabtu, 27 Desember 2014

MUNASABAH

MUNASABAH
laporan Ini Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu M. Sholihin Lc, M.Hum
Disusun Oleh:
Agung Setyawan                    132211158
Ahmad Pauzan             132211156
Deliana Sari                  132211142
Program Studi Manajemen Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam


BAB I
PENDAHULUAN

Lahirnya pengetahuan tentang teori korelasi (munasabah) ini tampaknya berawal dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaimana terdapat dalam mushaf Usmani sekarang tidak berdasarkan atas fakta kronologis turunnya. Sehubungan dengan ini, ulama salaf berbeda pendapat tentang urutan surat didalam Al-Qur’an. Segolongan dari mereka berpendapat bahwa hal itu didasarkan pada tauqifi dari nabi. Golongan lain berpendapat bahwa hal itu didasarkan atas ijtihad para sahabat setelah bersepakat dan memastikan bahwa susunan ayat-ayat adalah tauqifi. Golongan ketiga berpendapat serupa dengan golongan pertama kecuali surat Al-anfal dan Al-Bara’ah yang dipandang bersifat ijtihad. Atas dasar perbedaan pendapat tentang sistematika ini, wajarlah jika masalah teori korelasi Al-Qur’an kurang mendapat perhatian dari para ulama yang menekuni ‘Ulum Al-Qur’an.[1]















BAB II
PEMBAHASAN

A.    PengertianMunasabah
Kata Munasabah secara etimologi, menurut As-Suyuthi berarti Al-Musyakalah (keserupaan) dan Al-Muqarabah (kedekatan). Dari kata itu, lahir pula kata “An-Nasib” berarti kerabat. Secara terminologi, munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antar ayat atau antar surat,  baik korelasi itu bersifat umum atau khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassy), atau imajinatif (khayali); atau korelasi berupa sebab akibat, ‘illat dan ma’lul, perbandingan danper lawanan.[2]

B.     Macam-Macam Munasabah
1.      Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya.
Menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya. Contoh: dalamsurat Al-Fatihahayat 1 berkorelasi dengansurat Al-Baqarah ayat 152 danayat 186.
2.      Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya.
Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol, dan itu tercermin pada namanya masing-masing, sepertisurat Al-Baqarah, Surat Al-Yusuf, Surat An-Naml dan Al-Jinn.[3]
3.      Munasabah antar bagian suatu ayat.
Munasabah antar bagian suatu ayat sering berbentuk pola munasabah Al-Tadhadat (perlawanan).[4]
4.      Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan.
Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan sering terlihat dengan jelas tetapi sering pula tidak jelas. Munasabah antar ayat yang terlihat dengan jelas umumnya menggunakan pola Ta’kid (penguat), Tafsir (penjelas), I’tiradh (bantahan) dan tasydid (penegasan).[5]
5.      Munasabah antar suatu kelompok ayat dan kelompok ayat di sampingnya.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 20 misalnya, Allah memulai penjelasan-Nya tentang kebenaran dan fungsi Al-Qur’an bagi orang-orang yang bertaqwa. Dalam kelompok ayat-ayat berikutnya menjelaskan kelompok manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda-beda, yaitu mukmin, kafir, dan munafik.[6]
6.      Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat.
Macam munasabah ini mengandung tujuan-tujuan tertentu. Diantaranya adalah untuk menguatkan makna yang terkandung dalam suatu ayat. Misalnyasurat Al-Ahzabayat 25. Tujuan lain dari fashilah adalah member penjelasan tambahan.
7.      Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama.
Contoh munasabah ini terdapat dalam surat Al-Qashas yang bermula dengan menjelaskan perjuangan Nabi Musa dalam berhadapan dengan kekejaman Fir’aun. Atas perintah dan pertolongan Allah Nabi Musa berhasil keluar dari mesir dengan penuhtekanan. Di akhirsurat Allah menyampaikan kabargembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya dan janji Allah atas kemenanganya. Munasabah disini terletak dari sisi kesamaan kondisi yang di hadapi oleh kedua Nabi tersebut.
8.      Munasabah antar penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya.
Jika diperhatikan pada setiap pembukaan surat akan dijumpai munasabah dengan akhir surat sebelumnya, Misalnya permulaan surat Al-Baqarah bermunasabah dengan akhirsurat Al-Fatihah.[7]


C.     Urgensi dan kegunaan Mempelajari Munasabah
1.      Dapat mengembangkan sementara anggapan orang yang menganggap bahwa tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dengan bagian lainnya.
2.      Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain,  sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
3.      Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalaghahan bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satudengan yang lainnya, serta persesuaian ayat atau surat satu dari yang lain.
4.      Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat yang lain.[8]

D.    Macam – Macam Munasabah
1.      Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
As – Suyuthi menyimpulkan bahwa munasabah antar satu surat dengan surat sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh, dalam surat Al – Fatihah ayat 1 ada ungkapan alhamdulillah. Ungkapan ini berkorelasi dengan surat Al – Baqarah ayat 152 dan 156.[9]
Berkaitan dengan munasabah macam ini, ada uraian yang baik yangdikemukakan Nasr Abu Zaid. Ia menjelaskan bahwa hubungan khusus  surat Al – Fatihah diakhiri dengan doa: ihdina ash-shirath al-mustaqim, shirsth al-ladzina an’amta alaihim ghair al-maghdhubi ‘alaihim wa la adh-dhalin. Doa ini mendapatkan jawaban  dalam permulaan surat Al – Baqarah alif, lam, mim. Dzalika al-kitabu la raiba fihi  hudan li al-muttaqim. Atas dasar ini kita menyimpulkan bahwa teks tersebut berkesinambungan.[10]
2.      Munasabah antar bagian suatu ayat
Munasabah antar bagian surat juga sering berbentuk pola munasabah Al – tadhadat ( perlawanan )seperti terlihat dalam surat Al – Hadid ayat 4, yang artinya Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy[1453] Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan’’.
Antar kata “yaliju (masuk) dengan kata ‘’yakhruju ( keluar ) serta “yanzilu ( turun ) dengan “ya’ruju ( naik ) terdapat korelasi perlawanan.[11]
3.      Munasabah antar fasillah ( pemisah ) dan isi ayat
Macam munasabah ini mengandung tujuan – tujuan tertentu. Diantaranya adalah untuk menguatkan makna yang terkandung dalam suatu ayat. Misalnya, dalam surat Al – Ahzab ayat 33 diungkapkan sebagai berikut, ”Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu[1215] dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu[1216] dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait[1217] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Dalam ayat ini, Allah menghindarkan orang – orangmukmin dari peperangan; bukan karena lemah, melainkan karena Allah Mahakuat dan Mahaperkasa. Jadi, adanya fasilah diantara kedua penggalan ayat diatas dimaksudkan agar pemahaman terhadap ayat tersebut menjadi lurus dan sempurna. Tujuan lain dari fasilah, adalah memberi penjelasan tambahan, yang meskipun tanpa fasilah sebenarnya, makna ayat sudah benar.[12]



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Kata munasabah secarae timologi, menurut as-Suyuthi berarti Al-Musyakalah (keserupaan) dan Al-Muqarabah (kedekatan). Menurut pengertian terminology, yaitu adanya keserupaan dan kedekatan diantara berbagai ayat, surat, dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat terbentuk keterkaitan makna antar ayat dan macam-macam hubungan, atau kemestian dalam pikiran (nalar).
2.      Macam-macam munasabah
a.       Munasabah anatar surat dengan surat sebelumnya
b.      Munasabah antar nama surat dan tujuan suratnya
c.       Munasabah anatar bagian suatu ayat
d.      Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
e.       Munasabah antar suatu kelompok ayat dan kelompok ayat disampingnya
f.       Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat
g.      Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama
h.      Munasabah antar penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
3.      Urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah
a.       Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang lainnya.
b.      Mengetahui atau persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an
c.       Mengetahui mutu dan tingkat ke-balaghah-an bahasa Al-Qur’an
d.      Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an



DAFTAR PUSTAKA

As Suyuthi, Jalaludin. Asrar Tertib Al Qur’an.Kairo: Dar Al I’tishan.
Anwar, Abu. 2009. Ulumul Quran.Amzah.
Anwar, Rosihan. 2007. Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Hermawan, Acep. 2011. ‘Ulumul Quran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalal, Abdul. 2009.Ulumul Quran II. Surabaya: Dunia Ilmu.
Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2008.



Pertanyaan:
1.     Urgensi mengetahui kebalaghohan al quran....



[1]Jalaluddin As-Suyuthi, AsrarTertib Al-Qur’an, Dar Al-I’tisham, Kairo, hlm. 58
[2] Abu Anwar, Ulumul Qur’an( Amzah, 2009) hlm. 61
[3]Rosihan Anwar, Ilmu Al-Qur’an, cet. 1, (Bandung: PustakaSetia, 2007) hlm. 84-87
[4]AcepHermawan, ‘Ulumul Qur’an, cet. 1, (Bandung:RemajaRosdakarya,2011) hlm. 129
[5]Rosihan Anwar, Ilmu Al-Qur’an, cet 1, (Bandung: PustakaSetia, 2007) hlm. 89
[6]Ibid, hlm 92
[7]Ibid, hlm. 93-95
[8]Abdul Jalal, Ulumul Qur’an II, (Surabaya: DuniaIlmu, 2009) hlm. 165
[9] Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm. 84
[10] Ibid, hlm.86
[11] Ibid, hlm. 88
[12] Ibid, hlm. 93