MUNASABAH
laporan Ini
Disusun Guna Menyelesaikan Tugas Ulumul Qur’an
Dosen
Pengampu M. Sholihin Lc, M.Hum
Disusun Oleh:
Agung Setyawan 132211158
Ahmad Pauzan 132211156
Deliana Sari 132211142
Program Studi Manajemen Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam
BAB I
PENDAHULUAN
Lahirnya pengetahuan tentang teori korelasi (munasabah)
ini tampaknya berawal dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaimana terdapat
dalam mushaf Usmani sekarang tidak berdasarkan atas fakta kronologis turunnya. Sehubungan
dengan ini, ulama salaf berbeda pendapat tentang urutan surat didalam Al-Qur’an.
Segolongan dari mereka berpendapat bahwa hal itu didasarkan pada tauqifi dari
nabi. Golongan lain berpendapat bahwa hal itu didasarkan atas ijtihad para sahabat
setelah bersepakat dan memastikan bahwa susunan ayat-ayat adalah tauqifi. Golongan
ketiga berpendapat serupa dengan golongan pertama kecuali surat Al-anfal dan Al-Bara’ah
yang dipandang bersifat ijtihad. Atas dasar perbedaan pendapat tentang sistematika
ini, wajarlah jika masalah teori korelasi Al-Qur’an kurang mendapat perhatian dari
para ulama yang menekuni ‘Ulum Al-Qur’an.[1]
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PengertianMunasabah
Kata Munasabah secara etimologi, menurut
As-Suyuthi berarti Al-Musyakalah (keserupaan) dan Al-Muqarabah
(kedekatan). Dari kata itu, lahir pula kata “An-Nasib” berarti kerabat. Secara terminologi,
munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antar ayat atau antar surat,
baik korelasi itu bersifat umum atau
khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassy), atau imajinatif (khayali);
atau korelasi berupa sebab akibat, ‘illat dan ma’lul,
perbandingan danper lawanan.[2]
B. Macam-Macam Munasabah
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya.
Menerangkan
atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya. Contoh: dalamsurat Al-Fatihahayat
1 berkorelasi dengansurat Al-Baqarah ayat 152 danayat 186.
2. Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya.
Setiap
surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol, dan itu tercermin pada namanya masing-masing,
sepertisurat Al-Baqarah, Surat Al-Yusuf, Surat An-Naml dan Al-Jinn.[3]
3. Munasabah antar bagian suatu ayat.
Munasabah
antar bagian suatu ayat sering berbentuk pola munasabah Al-Tadhadat
(perlawanan).[4]
4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan.
Munasabah
antar ayat yang letaknya berdampingan sering terlihat dengan jelas tetapi sering
pula tidak jelas. Munasabah antar ayat yang terlihat dengan jelas umumnya menggunakan
pola Ta’kid (penguat), Tafsir (penjelas), I’tiradh
(bantahan) dan tasydid (penegasan).[5]
5. Munasabah antar suatu kelompok ayat dan kelompok
ayat di sampingnya.
Dalam
surat Al-Baqarah ayat 1 sampai ayat 20 misalnya, Allah memulai penjelasan-Nya tentang
kebenaran dan fungsi Al-Qur’an bagi orang-orang yang bertaqwa. Dalam kelompok ayat-ayat
berikutnya menjelaskan kelompok manusia dan sifat-sifat mereka yang
berbeda-beda, yaitu mukmin, kafir, dan munafik.[6]
6. Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi
ayat.
Macam
munasabah ini mengandung tujuan-tujuan tertentu. Diantaranya adalah untuk
menguatkan makna yang terkandung dalam suatu ayat. Misalnyasurat Al-Ahzabayat
25. Tujuan lain dari fashilah adalah member penjelasan tambahan.
7. Munasabah antar awal surat dengan akhir surat
yang sama.
Contoh
munasabah ini terdapat dalam surat Al-Qashas yang bermula dengan menjelaskan perjuangan
Nabi Musa dalam berhadapan dengan kekejaman Fir’aun. Atas perintah dan pertolongan
Allah Nabi Musa berhasil keluar dari mesir dengan penuhtekanan. Di akhirsurat
Allah menyampaikan kabargembira kepada Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari
kaumnya dan janji Allah atas kemenanganya. Munasabah disini terletak dari sisi kesamaan
kondisi yang di hadapi oleh kedua Nabi tersebut.
8. Munasabah antar penutup suatu surat dengan
awal surat berikutnya.
Jika
diperhatikan pada setiap pembukaan surat akan dijumpai munasabah dengan akhir surat
sebelumnya, Misalnya permulaan surat Al-Baqarah bermunasabah dengan akhirsurat
Al-Fatihah.[7]
C. Urgensi dan kegunaan Mempelajari Munasabah
1. Dapat mengembangkan sementara anggapan
orang yang menganggap bahwa tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi antara satu
bagian dengan bagian lainnya.
2. Mengetahui persambungan atau hubungan antara
bagian Al-Qur’an baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya
yang satu dengan yang lain, sehingga lebih
memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an dan memperkuat keyakinan
terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.
3. Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalaghahan
bahasa Al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satudengan yang lainnya,
serta persesuaian ayat atau surat satu dari yang lain.
4. Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Qur’an setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau
ayat yang lain.[8]
D.
Macam – Macam Munasabah
1.
Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya
As – Suyuthi
menyimpulkan bahwa munasabah antar satu surat dengan surat sebelumnya berfungsi
menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya. Sebagai contoh,
dalam surat Al – Fatihah ayat 1 ada ungkapan alhamdulillah. Ungkapan ini
berkorelasi dengan surat Al – Baqarah ayat 152 dan 156.[9]
Berkaitan
dengan munasabah macam ini, ada uraian yang baik yangdikemukakan Nasr Abu Zaid.
Ia menjelaskan bahwa hubungan khusus
surat Al – Fatihah diakhiri dengan doa: ihdina ash-shirath al-mustaqim, shirsth al-ladzina an’amta alaihim
ghair al-maghdhubi ‘alaihim wa la adh-dhalin. Doa ini mendapatkan
jawaban dalam permulaan surat Al –
Baqarah alif, lam, mim. Dzalika al-kitabu
la raiba fihi hudan li al-muttaqim. Atas
dasar ini kita menyimpulkan bahwa teks tersebut berkesinambungan.[10]
2.
Munasabah antar bagian suatu ayat
Munasabah
antar bagian surat juga sering berbentuk pola munasabah Al – tadhadat (
perlawanan )seperti terlihat dalam surat Al – Hadid ayat 4, yang artinya ”Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di
atas ´arsy[1453] Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi
dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang
naik kepada-Nya [1454]. Dan Dia bersama kamu di mana saja
kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan’’.
Antar kata “yaliju (masuk) dengan kata ‘’yakhruju (
keluar ) serta “yanzilu ( turun ) dengan “ya’ruju ( naik ) terdapat korelasi
perlawanan.[11]
3.
Munasabah antar fasillah ( pemisah ) dan isi ayat
Macam
munasabah ini mengandung tujuan – tujuan tertentu. Diantaranya adalah untuk
menguatkan makna yang terkandung dalam suatu ayat. Misalnya, dalam surat Al –
Ahzab ayat 33 diungkapkan sebagai berikut, ”Dan
hendaklah kamu tetap di rumahmu[1215] dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu[1216]
dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul
bait[1217] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Dalam ayat
ini, Allah menghindarkan orang – orangmukmin dari peperangan; bukan karena
lemah, melainkan karena Allah Mahakuat dan
Mahaperkasa. Jadi, adanya fasilah diantara kedua penggalan ayat diatas
dimaksudkan agar pemahaman terhadap ayat tersebut menjadi lurus dan sempurna.
Tujuan lain dari fasilah, adalah memberi penjelasan tambahan, yang meskipun
tanpa fasilah sebenarnya, makna ayat sudah benar.[12]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Kata
munasabah secarae timologi, menurut as-Suyuthi berarti Al-Musyakalah
(keserupaan) dan Al-Muqarabah (kedekatan). Menurut pengertian terminology,
yaitu adanya keserupaan dan kedekatan diantara berbagai ayat, surat, dan kalimat
yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat terbentuk keterkaitan
makna antar ayat dan macam-macam hubungan, atau kemestian dalam pikiran
(nalar).
2.
Macam-macam
munasabah
a.
Munasabah
anatar surat dengan surat sebelumnya
b.
Munasabah
antar nama surat dan tujuan suratnya
c.
Munasabah
anatar bagian suatu ayat
d.
Munasabah
antar ayat yang letaknya berdampingan
e.
Munasabah
antar suatu kelompok ayat dan kelompok ayat disampingnya
f.
Munasabah
antar fashilah (pemisah) dan isi ayat
g.
Munasabah
antar awal surat dengan akhir surat yang sama
h.
Munasabah
antar penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
3.
Urgensi
dan kegunaan mempelajari munasabah
a.
Dapat
mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Al-Qur’an kehilangan relevansi
antara satu bagian dan bagian yang lainnya.
b.
Mengetahui
atau persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur’an
c.
Mengetahui
mutu dan tingkat ke-balaghah-an bahasa Al-Qur’an
d.
Dapat
membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an
DAFTAR PUSTAKA
As
Suyuthi, Jalaludin. Asrar Tertib Al Qur’an.Kairo: Dar Al I’tishan.
Anwar,
Rosihan. 2007. Ilmu Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Hermawan,
Acep. 2011. ‘Ulumul Quran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Jalal,
Abdul. 2009.Ulumul Quran II. Surabaya: Dunia Ilmu.
Dr. Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Pertanyaan:
1.
Urgensi mengetahui kebalaghohan al quran....